Dalam melaksanakan diagnosa
kebuntingan memerlukan berbagai metode/cara dengan indikasi tertentu
yang dapat memberikan hasil yang memuaskan/akurat dan tepat tapi mudah, murah/ekonomis, praktis dan
efektif. Dipihak lain, pilihan
penggunaan metode biasanya disesuai-kan dengan ketersediaan
alat/fasilitas, jenis kebutuhan, keadaan/kondisi yang praktis/mudah
penggunaannya, dan sebagainya.
Adapun beberapa metode/cara
diagnosa kebuntingan yang dapat diindikasikan dari luar (indikasi luar)
maupun dalam (indikasi dalam) ternak betina yang bersangkutan, sebagai berikut:
1.
Indikasi Luar
- Tidak kembali berahi (non return rate/NRR) setelah kawin/IB walaupun ± 3-7% berahi pada awal kebuntingan (kecuali ternak tersebut mandul, berahi tenang dan penyakit).
- Abdomen cenderung membesar (bukan kenyang)
- Ambing (kelenjar susu) berkembang dan membesar (sapi dara pada umur bunting 4-5 Bulan; induk lebih dari 8 bulan atau 1-4 minggu terakhir umur kebuntingan);
- Hewan betina bertambah tenang, lamban dan hati-hati bergerak dengan bertambahnya umur kebuntingan.
- Berat badan induk cenderung bertambah;
- Ligamen pelvis mulai mengendur dan pelegokan jelas pada pangkal ekor (hewan kurus); oedema/pembengkakan dan relaksasi vulva pada minggu-minggu terakhir kebuntingan.
- Gerak fetus dipantulkan dan diobservasi/dilihat dari luar melalui dinding perut (> 6 bulan), semakin nampak pada hewan kurus dan lapar.
- Dan masih ada indikasi luar lain yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebuntingan pada ternak sesuai pengalaman masing-masing peternak
2. Indikasi
Dalam
- Mengunakan ultra sonografi (USG) untuk mendeteksi adanya corpus luteum (CL) dan folikel pada ovarium.
- Pengujian hormonal selama proses kebuntingan kadar/konsentrasi hormon tertentu seperti progesteron dalam darah akan relatif tinggi dan tetap pada periode tertentu masa kebuntingan dan sebaliknya untuk hormon estrogen, FSH dan LH akan relatif rendah sedangkan LTH (prolaktin) akan meningkat secara berangsur-angsur.
- Palpasi per rektal terhadap perkembangan dan perubahan serta posisi bagian organ reproduksi hewan betina (terutama uterus, ovarium dan pembuluh darah uterus). Cara/metode inilah yang dikenal sebagai cara manajemen praktis, efektif dan ekonomis dalam mendiagnosa kebuntingan pada suatu usaha peternakan.