DIOLUHTAN. Abu Bakar r.a. Ketika menjadi khalifah
kerapkali menginspeksi keadaan rakyatnya dan wilayahnya sampai ke pelosok
negeri hanya dengan berjalan kaki. Hingga pada suatu hari ia berjalan ke padang
rumput dekat pegunungan. Udara sangat sejuk tapi tenggorokannya kering
kehausan. Dilihatnya seorang penggembala sedang menggembalakan dombanya. Abu
Bakar pun memanggilnya, bermaksud meminta air.
“Hai penggembala! Penggembala!”, teriaknya
sambil melambaikan tangan.
“Aku
kehausan, mungkin engkau bisa memberiku air susu untukku. Aku ingin membeli
susu dari domba gembalaanmu. Aku lelah berjalan seharian dan tenggorokanku
kering. Mungkin air susu domba ini dapat menyegarkan badan dan menghilangkan
dahagaku.” kata Abu Bakar r.a.
“Maaf,
tuan. Aku hanya penggembala. Domba-domba ini bukan milikku. Pemiliknya ada di
balik gunung itu. Aku tidak dapat bertransaksi dengan tuan. Namun, jika tuan
kehausan dan ingin mendapatkan air susu domba ini, tuan boleh mengambilnya.
Nanti aku akan memintakan izin pada pemiliknya atau kupotongkan upahku
untukmu.”jawab penggembala. Abu Bakar terkesan dengan kebaikan hati sang
penggembala, ia ingin menguji iman sang penggembala.
“Hai
penggembala, bagaimana jika kubeli saja domba yang gemuk ini. Satu ini saja.
Ini uangnya. Ambillah.” desak Abu Bakar r.a.
“Maaf
tuan, domba ini bukan milikku, aku hanya menggembalakannya. Jika tuan ingin
membelinya, aku akan mengantar tuan ke pemiliknya.” kata penggembala sambil
mengembalikan uangnya.
“Tapi
kau kan dapat mewakilinya. Begini saja, kubeli domba ini dan ini uangnya.
Katakan saja pada pemiliknya dombanya hilang atau dimakan serigala. Bukankah
daerah ini banyak serigala? Lagipula dengan banyaknya domba pemiliknya tidak
akan tahu telah kehilangan seekor. apa pemiliknya menghitung setiap hari?
Ambillah, akan kubawa domba ini. Tak akan ada yang tahu.” desak Abu Bakar r.a.
lagi.
“Tuan
benar. Tak akan ada seorang pun yang tahu kecuali kita. Dan serigala memang
banyak berkeliaran di daerah ini. Majikanku juga tidak pernah menghitung jumlah
dombanya. Semuanya dipercayakan padaku.” jawab penggembala. “Tapi tuan, katakan
padaku, dimanakah Allah? Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Yang Selalu Mengawasi
dan Yang Tak Pernah Tidur? Dimanakah Allah, wahai tuan?”
Abu
Bakar tersenyum, sangat terkesan dengan jawaban penggembala itu. Hatinya
terharu, tak menyangka di tengah padang rumput, di balik gunung, ada seseorang
yang begitu agung dan teguh imannya. Gembira hatinya menyaksikan kualitas iman
rakyatnya meski berada di pelosok negeri.
Sesungguhnya
denyut hati yang tersirat atau bisikan di tengah kegelapan malam, semuanya
selalu dalam pengawasanNya....
Admin DIOLUHTAN