Komoditas
pertanian berpengaruh terhadap status gizi dan kesehatan penduduk terutama
melalui produksi pangan yang dikonsumsinya. Pangan yang dimaksud meliputi
pangan nabati (berasal dari tanaman) dan pangan hewani (berasal dari
hewan).
Dengan
kata lain
komoditas pertanian merupakan sumber pangan bagi manusia yang akan
memberikan zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
Berkaitan dengan fungsinya bagi tubuh, pangan dapat berperan sebagai
sumber zat kalori/energi (karbohidrat, lemak, dan protein), sumber zat
pembangun (protein), dan sumber zat pengatur (vitamin
dan mineral). Oleh karena itu pangan dikatakan mempunyai fungsi
sebagai triguna
makanan.
Pada
beberapa komoditas pertanian terdapat
juga komponen kimia alami yang apabila termakan
oleh manusia dapat mengganggu proses metabolisme dalam tubuh
kita. Komponen tersebut dinamakan zat anti gizi,
misalnya antitripsin pada kedelai dapat mengganggu
penyerapan protein pada tubuh kita, HCN (asam sianida)
pada beberapa jenis singkong dapat menimbulkan keracunan bila
langsung dimakan.
Kekurangan dan kelebihan pangan yang dikonsumsi dapat menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan tubuh manusia. Kurangnya pangan yang
dikonsumsi menyebabkan tubuh tidak
akan mendapatkan zat gizi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam jangka
panjang kondisi ini akan mengakibatkan penyakit kurang gizi berupa
kekurangan energi-protein (KEP), kekurangan Vitamin A (KVA),
kekurangan zat besi (anemi gizi) dan penyakit kekurangan iodium
(GAKI).
Meningkatnya
status ekonomi terutama dimasyarakat perkotaan mengakibatkan
meningkatnya konsumsi makanan yang berlemak yang melebihi
kebutuhan tubuhnya. Kondisi ini
menimbulkan permasalahan gizi lebih pada sebagian
masyarakat perkotaan. Tanda orang yang mengalami
kelebihan gizi adalah kegemukan (obesitas).
Penyakit yang ditimbulkan akibat kegemukan ini diantaranya
adalah jantung koroner, kencing manis, tekanan darah tinggi (hipertensi),
kanker.
Permasalahan
gizi yang timbul di masyarakat penyebabnya
sangat komplek. Oleh karena itu pemecahan permasalahan kurang gizi
dan gizi lebih, perlu melibatkan antar departemen diantaranya Pertanian,
Kesehatan, Bulog, Perhubungan dan sebagainya. Perlu pemahaman faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya permasalahan gizi, selain itu penting pula
dipahami secara jelas potensi-potensi zat gizi yang
terdapat dalam tiap komoditas pertanian serta perannya bagi
kesehatan tubuh.
Kata
gizi sebetulnya merupakan kata relatif baru. Kata itu kira-kira baru pertama
kali digunakan sekitar tahun 1957. Kata gizi berasal dari bahasa Arab gizawi yang
artinya nutrisi. Kata tersebut oleh ahli bahasa, agama dan ahli gizi
disempurnakan menjadi kata gizi. Dalam perkembangan selanjutnya dikenal istilah
ilmu gizi.
Ilmu
Gizi (Nutrition Science) adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata ”gizi” berasal
dari bahasa arab ghidza, yang berarti “makanan”. Di
satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi yang lainnya
dengan tubuh manusia.
Secara
klasik kata gizi hanya dihubungkan
dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan
energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai
pengertian yang lebih luas, yaitu bisa dihubungkan dengan potensi ekonomi
seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar,
dan produktivitas kerja.
Ruang
lingkup ilmu gizi cukup luas dimulai dari :
- Cara produksi pangan,
- Perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap pasca panen dari mulai penyediaan pangan,
- Distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan,
- Cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat/sakit.
Konsumsi
makanan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan, perilaku
makan, dan keadaan
ekonomi. Selain itu ilmu gizi juga berkaitan dengan
ilmu-ilmu yang lainnya seperti mikro biologi, kimia pangan,
biokimia, agronomi, peternakan, antropologi, sosiologi, psikologi, ekonomi dan
lain-lain.
Perkembangan
ilmu gizi sekitar 400 SM menurut Hipocrates mengibaratkan
bahwa makanan sebagai energi yang dibutuhkan manusia. Anak-anak
membutuhkan energi yang lebih banyak daripada orang dewasa (makanan)
Kemudian
Magendie mampu membedakan zat gizi
karbohidrat, lemak dan protein. Pada tahun (1803-1873)
Liebig menemukan
bahwa karbohidrat, lemak, dan protein dioksidasi oleh tubuh dan menghasilkan panas/kalori Dan selanjutnya tahun 1899 ditemukan juga oleh Attwater dan Bryant menerbitkan Daftar Komposisi Bahan
Makanan pertama.
Kemudian dari perkembangan diatas ditemukan
juga berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh,
salah satunya mineral. Menurut Ringer bahwa
cairan tubuh memerlukan konsentrasi mineral
tertentu. Ia mengemukakan bahwa larutan yang mengandung natrium klorida,
kalium, dan kalsium klorida diperlukan untuk mempertahankan integritas
fungsional jaringan. Kemudian ditemukan juga zat gizi lainnya, yaitu
vitamin.
Pada kondisi sekarang ilmu gizi juga mengalami perkembangan yang pesat
misalnya ditemukan nya pengaruh keturunan terhadap kebutuhan
gizi, pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan
perilaku, terhadap kemampuan bekerja dan produktivitas
serta daya tahan terhadap penyakit
infeksi. Disamping itu ditemukan pula pengaruh stress,
faktor lingkungan
seperti polusi dan obat-obatan terhadap status gizi, serta
pengakuan terhadap faktor-faktor gizi yang berperan
dalam pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes
mellitus, hati, dan kanker.
Bila
dikelompokan ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh :
1. Memberi
energi
Zat
gizi yang tergolong ini adalah karbohidrat,
lemak dan protein. Ketiga zat gizi itu
terdapat dalam jumlah paling banyak dalam
bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi
energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
2. Pertumbuhan
dan pemelihara jaringan tubuh
Protein,
mineral, dan air adalah bagian dari
jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk
membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti
sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini
ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur
metabolisme tubuh
Protein,
mineral, air dan vitamin diperlukan untuk
mengatur metabolisme tubuh. Protein mengatur
keseimbangan air dalam sel, bertindak
sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas
tubuh dan membentuk antibodi
sebagai
penangkal organisme yang bersifat infektif
dan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai
pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal
syaraf dan otot serta banyak proses lainnya termasuk proses menua. Air
diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan
dalam tubuh, seperti di
dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan
mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa dan
lain-lain. Dalam hal ini protein, mineral, air,
dan vitamin dinamakan zat pengatur.
Dari
Berbagai Sumber